Selasa, 04 Desember 2012

# TOU 1 :: Manajemen Konflik dalam Organisasi

MANAJEMEN KONFLIK DALAM ORGANISASI

BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
Organisasi terdiri dari berbagai macam komponen yang berbeda dan saling memiliki ketergantungan dalam proses kerjasama untuk mencapai tujuan tertentu. Perbedaan yang terdapat dalam organisasi seringkali menyebabkan terjadinya ketidakcocokan yang akhirnya menimbulkan konflik. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya ketika terjadi suatu organisasi, maka sesungguhnya terdapat banyak kemungkinan timbulnya konflik .
Konflik dapat menjadi masalah yang serius dalam setiap organisasi, tanpa peduli apapun bentuk dan tingkat kompleksitas organisasi tersebut, jika konflik tersebut dibiarkan berlarut-larut tanpa penyelesaian. Karena itu keahlian untuk mengelola konflik sangat diperlukan bagi setiap pimpinan atau manajer organisasi.
Makalah ini mencoba menyajikan apa yang sebenarnya didefinisikan sebagai konflik dalam suatu organisasi, pandangan mengenai konflik, sumber dan jenis konflik, macam-macam konflik beserta contoh serta bagaimana melaksanakan manajemen konflik dalam organisasi.

B.   Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu mahasiswa mampu menjelaskan tentang konflik, manajemen konflik, dan penanganan konflik dalam sebuah organisasi.

C.   Rumusan Masalah
1.      Apa itu konflik? Apa saja hal yang melatarbelakangi timbulnya konflik? Apa saja macam-macamnya?
2.      Apa itu manajemen konflik?
3.      Apa itu penanganan konflik? Apa saja langkah dalam menangani konflik yang ada?

D.   Pembatasan Masalah
Dari sekian permasalahan yang ada, tidak mungkin penulis dapat membahasnya secara keseluruhan karena mengingat kemampuan yang ada, baik intelektual, biaya, maupun waktu yang dimiliki penulis sangat terbatas. Maka, penulis perlu memberikan batasan-batasan masalah. Pembatasan masalah diperlukan untuk memperjelas permasalahan yang ingin dipecahkan.
Adapun batasan yang diberikan penulis dalam ruang lingkup organisasi ini adalah membahas tentang konflik, manajemen konflik, dan penanganan konflik dalam sebuah organisasi, seperti yang disebutkan pada tujuan penulisan makalah ini.

E.    Metode Pengumpulan Data
Dalam mengumpulkan data yang berkaitan dengan penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode searching internet, yaitu dengan melakukan pencarian bahan berupa materi-materi yang berkaitan dengan konflik, manajemen konflik, dan penanganan konflik di internet.

BAB II
LANDASAN TEORI

Definisi Konflik
Terdapat banyak definisi mengenai konflik yang bisa jadi disebabkan oleh perbedaan pandangan dan setting dimana konflik terjadi. Dibawah ini bisa terlihat perbedaan definisi tersebut:
Konflik merupakan suatu bentuk interaksi diantara beberapa pihak yang berbeda dalam kepentingan, persepsi dan tujuan .
Konflik adalah perbedaan pendapat antara dua atau lebih banyak anggota organisasi atau kelompok, karena harus membagi sumber daya yang langka, atau aktivitas kerja dan atau karena mereka mempunyai status, tujuan, penelitian, atau pandangan yang berbeda. Para anggota organisasi atau sub-unit yang sedang berselisih akan berusaha agar kepentingan atau pandangan mereka mengungguli yang lainnya .
Konflik merupakan sebuah situasi dimana dua orang atau lebih menginginkan tujuan-tujuan yang menurut persepsi mereka dapat dicapai oleh salah seorang diantara mereka, tetapi hal itu tidak mungkin dicapai oleh kedua belah pihak .
Di antara definisi yang berbeda itu nampak ada suatu kesepakatan, bahwa konflik dilatarbelakangi oleh adanya ketidakcocokan atau perbedaan dalam hal nilai, tujuan, status, dan lain sebagainya. Terlepas dari faktor yang melatarbelakangi terjadinya suatu konflik, gejala yang mengemuka dalam suatu organisasi saat terjadi konflik adalah saat individu atau kelompok menunjukkan sikap “bermusuhan” dengan individu atau kelompok lain yang berpengaruh terhadap kinerja dalam melakukan aktivitas organisasi.

Pandangan Mengenai Konflik
Terdapat tiga pandangan mengenai konflik. Hal ini disebabkan karena adanya pandangan yang berbeda mengenai apakah konflik merugikan, hal yang wajar atau justru harus diciptakan untuk memberikan stimulus bagi pihak-pihak yang terlibat untuk saling berkompetisi dan menemukan solusi yang terbaik. Pandangan itu antara lain sebagai berikut :
1.      Pandangan Tradisional (The Traditional View)
Pandangan ini menyatakan bahwa semua konflik itu buruk. Konflik dilihat sebagai sesuatu yang negatif, merugikan dan harus dihindari. Untuk memperkuat konotasi negatif ini, konflik disinonimkan dengan istilah violence, destruction, dan irrationality.
2.      Pandangan Hubungan Manusia (The Human Relations View)
Pandangan ini berargumen bahwa konflik merupakan peristiwa yang wajar terjadi dalam semua kelompok dan organisasi. Konflik merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari, karena itu keberadaan konflik harus diterima dan dirasionalisasikan sedemikian rupa sehingga bermanfaat bagi peningkatan kinerja organisasi.
3.      Pandangan Interaksionis (The Interactionist View)
Pandangan ini cenderung mendorong terjadinya konflik, atas dasar suatu asumsi bahwa kelompok yang koperatif, tenang, damai, dan serasi, cenderung menjadi statis, apatis, tidak aspiratif, dan tidak inovatif. Oleh karena itu, menurut aliran pemikiran ini, konflik perlu dipertahankan pada tingkat minimun secara berkelanjutan, sehingga kelompok tetap bersemangat (viable), kritis-diri (self-critical), dan kreatif.

Sumber Konflik Menurut Para Ahli
Terdapat beberapa hal yang melatarbelakangi terjadinya konflik. Berikut pendapat beberapa ahli mengenai hal-hal tersebut :
1.      Agus M. Hardjana
a.      Salah pengertian atau salah paham karena kegagalan komunikasi.
b.      Perbedaan tujuan kerja karena perbedaan nilai hidup yang dipegang.
c.      Rebutan dan persaingan dalam hal yang terbatas seperti fasilitas kerja dan jabatan.
d.      Masalah wewenang dan tanggung jawab.
e.      Penafsiran yang berbeda atas satu hal, perkara dan peristiwa yang sama.
f.       Kurangnya kerja sama.
g.      Tidak mentaati tata tertib dan peraturan kerja yang ada.
h.      Ada usaha untuk menguasai dan merugikan.
i.       Pelecehan pribadi dan kedudukan.
j.       Perubahan dalam sasaran dan prosedur kerja sehingga orang menjadi merasa tidak jelas tentang apa yang diharapkan darinya.
2.      Stoner
a.      Pembagian sumber daya (shared resources).
b.      Perbedaan dalam tujuan (differences in goals).
c.      Ketergantungan aktivitas kerja (interdependence of work activities).
d.      Perbedaan dalam pandangan (differences in values or perceptions).
e.      Gaya individu dan ambiguitas organisasi (individual style and organizational ambiguities).
3.      Robbins
a.      Saling ketergantungan pekerjaan.
b.      Ketergantungan pekerjaan satu arah.
c.      Diferensiasi horizontal yang tinggi.
d.      Formalisasi yang rendah.
e.      Ketergantungan pada sumber bersama yang langka.
f.       Perbedaan dalam kriteria evaluasi dan sistem imbalan.
g.      Pengambilan keputusan partisipatif.
h.      Keanekaragaman anggota.
i.       Ketidaksesuaian status.
j.       Ketakpuasan peran.
k.      Distorsi komunikasi.

Faktor Penyebab Munculnya Konflik
Faktor-faktor yang dapat menimbulkan adanya konflik dalam suatu organisasi antara lain antara lain sebagai berikut :
1.    Berbagai Sumber Daya yang Langka
Karena sumber daya yang dimiliki organisasi terbatas / langka maka perlu dialokasikan. Dalam alokasi sumber daya tersebut suatu kelompok mungkin menerima kurang dari kelompok yang lain. Hal ini dapat menjadi sumber konflik.
2.    Perbedaan Tujuan
Dalam suatu organisasi biasanya terdiri dari atas berbagai macam bagian yang bisa mempunyai tujuan yang berbeda-beda. Perbedaan tujuan dari berbagai bagian ini kalau kurang adanya koordinasi dapat menimbulkan adanya konflik. Sebagai contoh : bagian penjualan mungkin ingin meningkatkan valume penjualan dengan memberikan persyaratan-persyaratan pembelian yang lunak, seperti kredit dengan bunga rendah, jangka waktu yang lebih lama, seleksi calon pembeli yang tidak terlalu ketat dan sebagainya. Upaya yang dilakukan oleh bagian penjualan semacam ini mungkin akan mengakibatkan peningkatan jumlah piutang dalam tingkat yang cukup tinggi. Apabila hal ini dipandang dari sudut keuangan, mungkin tidak dikehendaki karena akan memerlukan tambahan dana yang cukup besar.
3.    Saling Ketergantungan dalam Menjalankan Pekerjaan
Organisasi merupakan gabungan dari berbagai bagian yang saling berinteraksi. Akibatnya kegiatan satu pihak mungkin dapat merugikan pihak lain. Dan ini merupakan sumber konflik pula. Sebagai contoh : bagian akademik telah membuat jadwal ujian beserta pengawanya, setapi bagian tata usaha terlambat menyampaikan surat pemberitahuan kepada para pengawas dan penguji sehingga mengakibatkan terganggunya pelaksanaan ujian.
4.    Perbedaan dalam Nilai atau Persepsi
Perbedaan dalam tujuan biasanya dibarengi dengan perbedaan dalam sikap, nilai dan persepsi yang bisa mengarah ke timbulnya konflik. Sebagai contoh : seorang pimpinan muda mungkin merasa tidak senang sewaktu diberi tugas-tugas rutin karena dianggap kurang menantang kreativitasnya untuk berkembang, sementara pimpinan yang lebih senior merasa bahwa tugas-tugas rutin tersebut merupakan bagian dari pelatihan.
5.    Sebab-sebab Lain
Selain sebab-sebab di atas, sebab-sebab lain yang mungkin dapat menimbulkan konflik dalam organisasi misalnya gaya seseorang dalam bekerja, ketidakjelasan organisasi, adanya miskomunikasi, dan lain sebagainya.

Macam-macam Konflik
Konflik yang terjadi dalam suatu organisasi dapat dibedakan menjadi beberapa macam. Berikut macam-macam konflik dilihat dari segi pihak yang terlibatnya, yaitu :
a.    Konflik individu dengan individu
Konflik semacam ini dapat terjadi antara individu pimpinan dengan individu pimpinan dari berbagai tingkatan. Individu pimpinan dengan individu karyawan maupun antara inbdividu karyawan dengan individu karyawan lainnya.
b.    Konflik individu dengan kelompok
Konflik semacam ini dapat terjadi antara individu pimpinan dengan kelompok ataupun antara individu karyawan dengan kempok pimpinan.
c.    Konflik kelompok dengan kelompok
Ini bisa terjadi antara kelompok pimpinan dengan kelompok karyawan, kelompok pimpinan dengan kelompok pimpinan yang lain dalam berbagai tingkatan maupun antara kelompok karyawan dengan kelompok karyawan yang lain.

BAB III
PEMBAHASAN

A.     Manajemen Konflik
Upaya penanganan konflik sangat penting dilakukan, hal ini disebabkan karena setiap jenis perubahan dalam suatu organisasi cenderung mendatangkan konflik. Perubahan institusional yang terjadi, baik direncanakan atau tidak, tidak hanya berdampak pada perubahan struktur dan personalia, tetapi juga berdampak pada terciptanya hubungan pribadi dan organisasional yang berpotensi menimbulkan konflik. Di samping itu, jika konflik tidak ditangani secara baik dan tuntas, maka akan mengganggu keseimbangan sumberdaya, dan menegangkan hubungan antara orang-orang yang terlibat.
Konflik yang sudah terjadi juga bisa diselesaikan lewat perundingan. Cara ini dilakukan dengan melakukan dialog terus menerus antar kelompok untuk menemukan suatu penyelesaian maksimum yang menguntungkan kedua belah pihak. Melalui perundingan, kepentingan bersama dipenuhi dan ditentukan penyelesaian yang paling memuaskan.
Gaya perundingan untuk mengelola konflik dapat dilakukan dengan cara :
1.      Pencairan, yaitu dengan melakukan dialog untuk mendapat suatu pengertian.
2.      Keterbukaan, pihak-pihak yang terlibat bisa jadi tidak terbuka apalagi jika konflik terjadi dalam hal-hal sensitif dan dalam suasana yang emosional.
3.      Belajar empati, yaitu dengan melihat kondisi dan kecemasan orang lain sehingga didapatkan pengertian baru mengenai orang lain.
4.      Mencari tema bersama, pihak-pihak yang terlibat dapat dibantu dengan cara mencari tujuan-tujuan bersama.
5.      Menghasilkan alternatif, hal ini dilakukan dengan jalan mencari alternatif untuk menyelesaikan persoalan yang diperselisihkan.
6.      Menanggapi berbagai alternatif, setelah ditemukan alternatif-alternatif penyelesaian hendaknya pihak-pihak yang terlibat dalam konflik mempelajari dan memberikan tanggapan.
7.      Mencari penyelesaian, sejumlah alternatif yang sudah dipelajari secara mendalam dapat diperoleh suatu konsensus untuk menetapkan suatu penyelesaian.
8.      Membuka jalan buntu, kadangkala ditemukan jalan buntu sehingga pihak ketiga yang obyektif dan berpengalaman dapat diikutsertakan untuk menyelesaikan masalah.
9.      Mengikat diri kepada penyelesaian di dalam kelompok, setelah dihasilkan penyelesaian yang disepakati, pihak-pihak yang terlibat dapat memperdebatkan dan mempertimbangkan penyelesaian dan mengikatkan diri pada penyelesaian itu.
10.   Mengikat seluruh kelompok, tahap terakhir dari langkah penyelesaian konflik adalah dengan penerimaan atas suatu penyelesaian dari pihak-pihak yang terlibat konflik.

B.     Penanganan Konflik
-     Langkah-langkah Manajemen Untuk Menangani Konflik
Berikut langkah-langkah yang harus diambil manajemen untuk menangani konflik yang ada :
a.    Menerima dan mendefinisikan pokok masalah yang menimbulkan ketidak puasan.
Langkah ini sangat penting karena kekeliruan dalam mengetahui masalah yang sebenarnya akan menimbulkan kekeliruan pula dalam merumuskan cara pemecahannya.
b.    Mengumpulkan keterangan/fakta
Fakta yang dikumpulkan haruslah lengkap dan akurat, tetapi juga harus dihindari tercampurnya dengan opini atau pendapat. Opini atau pendapat sudah dimasuki unsur subyektif. Oleh karena itu pengumpulan fakta haruslah dilakukan denganm hati-hati.
c.    Menganalisis dan memutuskan
Dengan diketahuinya masalah dan terkumpulnya data, manajemen haruslah mulai melakukan evaluasi terhadap keadaan. Sering kali dari hasil analisa bisa mendapatkan berbagai alternatif pemecahan.
d.    Memberikan jawaban
Meskipun manajemen kemudian sudah memutuskan, keputusan ini haruslah dibertahukan kepada pihak karyawan.
e.    Tindak lanjut
Langkah ini diperlukan untuk mengawasi akibat dari keputusan yang telah diperbuat.
f.     Pendisiplinan
Konflik dalam organisasi apabila tidak ditangani dengan baik bisa menimbulkan tindakan pelecehan terhadap aturan main yang telah disepakati bersama. Oleh karena itu pelecehan ataupun pelanggaran terhadap peraturan permainan (peraturan organisasi) haruslah dikenai tindakan pendisiplinan agar peraturan tersebut memiliki wibawa.

-       Metode Untuk Menangani Konflik
Metode yang sering digunakan untuk menangani konflik adalah pertama dengan mengurangi konflik; kedua dengan menyelesaikan konflik. Untuk metode pengurangan konflik salah satu cara yang sering efektif adalah dengan mendinginkan persoalan terlebih dahulu (cooling thing down). Meskipun demikian cara semacam ini sebenarnya belum menyentuh persoalan yang sebenarnya. Cara lain adalah dengan membuat “musuh bersama”, sehingga para anggota di dalam kelompok tersebut bersatu untuk menghadapi “musuh” tersebut. Cara semacam ini sebenarnya juga hanya mengalihkan perhatian para anggota kelompok yang sedang mengalami konflik.
Cara kedua dengan metode penyelesaian konflik. Cara yang ditempuh adalah dengan mendominasi atau menekan, berkompromi dan penyelesaian masalah secara integratif.
a.    Dominasi (Penekanan)
Dominasi dan penekanan mempunyai persamaan makna, yaitu keduanya menekan konflik, dan bukan memecahkannya, dengan memaksanya “tenggelam” ke bawah permukaan dan mereka menciptakan situasi yang menang dan yang kalah. Pihak yang kalah biasanya terpaksa memberikan jalan kepada yang lebih tinggi kekuasaannya, menjadi kecewa dan dendam. Penekanan dan dominasi bisa dinyatakan dalam bentuk pemaksaan sampai dengan pengambilan keputusan dengan suara terbanyak (voting).
b.    Kompromi
Melalui kompromi mencoba menyelesaikan konflik dengan menemukan dasar yang di tengah dari dua pihak yang berkonflik ( win-win solution ). Cara ini lebih memperkecil kemungkinan untuk munculnya permusuhan yang terpendam dari dua belah pihak yang berkonflik, karena tidak ada yang merasa menang maupun kalah. Meskipun demikian, dipandang dari pertimbangan organisasi pemecahan ini bukanlah cara yang terbaik, karena tidak membuat penyelesaian yang terbaik pula bagi organisasi, hanya untuk menyenangkan kedua belah pihak yang saling bertentangan atau berkonflik.
c.    Penyelesaian secara integratif
Dengan menyelesaikan konflik secara integratif, konflik antar kelompok diubah menjadi situasi pemecahan persoalan bersama yang bisa dipecahkan dengan bantuan tehnik-tehnik pemecahan masalah (problem solving). Pihak-pihak yang bertentangan bersama-sama mencoba memecahkan masalahnya,dan bukan hanya mencoba menekan konflik atau berkompromi. Meskipun hal ini merupakan cara yang terbaik bagi organisasi, dalam prakteknya sering sulit tercapai secara memuaskan karena kurang adanya kemauan yang sunguh-sungguh dan jujur untuk memecahkan persoalan yang menimbulkan persoalan.


Sumber:
http://defickry.wordpress.com/2007/09/13/manajemen-konflik-dalam-organisasi/

Kamis, 08 November 2012


# TOU 1 :: Organisasi Lini

ORGANISASI LINI

BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
Perbedaan pemikiran dan tujuan kelompok dewasa ini melahirkan begitu banyak organisasi, dari mulai organisasi yang menawarkan barang dan jasa sampai yang bergerak di bidang tertentu semisal pendidikan, agama, dan budaya. Kata “organisasi” itu sendiri tentunya tidak terdengar asing di telinga kita. Meskipun demikian, tidak semua orang mengerti tentang organisasi tadi secara utuh. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis akan mencoba membahas beberapa hal yang berkaitan dengan struktur organisasi, khususnya organisasi lini.

B.   Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu mahasiswa mampu menjelaskan tentang organisasi lini.

C.   Rumusan Masalah
1.      Apa itu organisasi lini?
2.      Apa tujuan dari organisasi lini?
3.      Bagaimana sistem dan prosedur dari organisasi lini?
4.      Seperti apa struktur organisasi lini?
5.      Apa saja kelebihan dan kekurangan dari organisasi lini?

D.   Pembatasan Masalah
Dari sekian permasalahan yang ada, tidak mungkin penulis dapat membahasnya secara keseluruhan karena mengingat kemampuan yang ada, baik intelektual, biaya, maupun waktu yang dimiliki penulis sangat terbatas. Maka, penulis perlu memberikan batasan-batasan masalah. Pembatasan masalah diperlukan untuk memperjelas permasalahan yang ingin dipecahkan.
Adapun batasan yang diberikan penulis dalam ruang lingkup organisasi ini adalah membahas tentang organisasi lini, seperti yang disebutkan pada tujuan penulisan makalah ini.

E.    Metode Pengumpulan Data
Dalam mengumpulkan data yang berkaitan dengan penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode searching internet, yaitu dengan melakukan pencarian bahan berupa materi-materi yang berkaitan dengan organisasi lini di internet.

BAB II
LANDASAN TEORI

Organisasi pada dasarnya merupakan suatu wadah atau tempat di mana orang-orang dapat berkumpul dan saling bekerja sama untuk mengolah suatu sumber daya yang ada sehingga bisa dimanfaatkan dengan seefektif dan seefisien mungkin untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan.
Banyak Faktor yang bisa menjadi alasan terbentuknya suatu organisasi. Seperti, adanya kesamaan visi dan misi serta tujuan yang sama dengan perwujudan eksistensi sekelompok orang tersebut terhadap masyarakat.
Dalam organisasi, setiap individu sangat diharapkan dapat saling berinteraksi dengan baik dengan anggota-anggota organisasi lainnya. Karena, apabila sudah terjalin hubungan yang baik setiap individu dapat mengetahui dengan jelas dan dapat berpartisipasi dalam pembangunan organisasi tersebut menuju arah yang lebih baik dan lebih maju.
Pada dasarnya, partisipasi didefinisikan sebagai keterlibatan fisik, mental atau pikiran, dan emosi atau perasaan seseorang di dalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada kelompok tersebut dalam usaha untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Berdasarkan bentuknya, struktur organisasi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu lini dan fungsional. Di sini, penulis hanya akan membahas tentang organisasi lini.

BAB III
PEMBAHASAN

Sekilas Tentang Organisasi Lini
Dalam jenis organisasi ini, pembagian tugas dan wewenang terdapat perbedaan yang tegas antara pimpinan dan pelaksanaan. Peran pimpinan dalam hal ini sangat dominan dimana semua kekuasaan di tangan pimpinan. Oleh sebab itu, dalam pelaksanaan kegiatan yang utama adalah wewenang dan perintah.
Memang bentuk organisasi semacam ini, khususnya di dalam institusi-institusi yang kecil sangat efektif karena keputusan-keputusan cepat diambil dan pelaksanaan keputusan juga cepat. Kelemahannya jenis organisasi semacam ini kurang manusiawi, lebih-lebih para pelaksana tugas bawahan hanya dipandang sebagai robot yang senantiasa siap melaksanakan perintah. Dalam organisasi lini, sejumlah fungsi-fungsi dasar yang ada harus dilaksanakan. Sebagai contohnya, organisasi perusahaan biasanya mempunyai tiga fungsi dasar yaitu produksi manufaktur atau operasi, pemasaran atau penjualan dan keuangan. Fungsi-fungsi dasar tersebut dilaksanakan oleh semua organisasi.

Tujuan Organisasi Lini
Setiap organisasi harus memiliki tujuan. Tujuan dicerminkan oleh sasaran-sasaran yang dilakukan baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Tiga bidang utama dalam tujuan organisasi yaitu profitability (keuntungan), growth (pertumbuhan),     dan survive (bertahan hidup). Ketiganya harus berjalan berkesinambungan demi kemajuan organisasi. Struktur dibentuk dalam sebuah organisasi dengan tujuan agar posisi setiap anggota organisasi dapat dipertanggungjawabkan, mengenai hak maupun kewajibannya. Struktur dibentuk agar organisasi berjalan rapi, karena terdapat struktur komando, siapa yang berwenang dan siapa yang diberi wewenang.

Sistem dan Prosedur Organisasi Lini
Karakteristik yang terakhir ini menggambarkan bahwa sebuah organisasi diatur berdasarkan aturan-aturan yang ditetapkan bersama dan tentu saja harus dengan penuh komitmen dalam menjalankannya. Implementasi dari sistem dan prosedur ini ialah adanya ketetapan mengenai tata cara, sistem rekrut, dan birokrasi. Faktor lingkungan sangat berpengaruh terhadap eksistansi suatu organisasi. Organisasi cenderung memainkan peran menyesuaikan dengan keadaan lingkungan, entah itu demografi, ekonomi, politik, budaya, juga alam sekitar. Jadi, kemajuan organisasi harus selaras dengan perubahan lingkungan.

Struktur Organisasi Lini
Bentuk lini juga disebut bentuk lurus atau bentuk jalur. Bentuk ini merupakan bentuk yang dianggap paling tua dan digunakan secara luas pada masa perkembangan industri pertama. Organisasi Lini ini diciptakan oleh Henry Fayol.


Kelebihan dan Kekurangan Organisasi Lini
o    Kelebihan
1.   Orang-orang yang mempunyai kekuasaan bertanggung-jawab dan terbuka.
2.   Proses pengambilan keputusan berjalan dengan tepat.
3.   Disiplin kerja yang mudah dikontrol.
4.   Tingginya solidaritas diantara anggota.
5.   Adanya kesempatan yang luas bagi para anggota untu dapat mengembangkan bakatnya.
o    Kekurangan
1.   Tujuan organisasi sama, atau tujuan dari pihak-pihak tertentu saja.
2.   Pimpinan organisasi terkadang berbuat semaunya.
3.   Kelangsungan hidup organisasi sangat ditentukan oleh seseorang.
4.   Kurang didalam pengembangan aktifitas pada setiap anggota.

Sumber: